SEKARANG, lepas dari penyeberangan Merak-Bakauheni kendaraan pribadi bisa langsung tancap gas di jalan bebas hambatan (tol) dengan kecepatan 80 Km/jam sampai Tegineneng, Lampung Selatan dalam tempo hanya sekitar 90 menit. Selanjutnya masuk arah Batanghari Ogan perlu waktu 30 menit sampai Kota Administratif Metro. Total sekitar dua jam Bakauheni-Metro.
Dahulu, untuk mencapai Bundaran Rajabasa dekat Kampus Universitas Lampung atau Terminal Bus Rajabasa dari Dermaga Bakauheni, menggunakan kendaraan pribadi, butuh waktu paling tidak 3,5 jam. Jarak yang seharusnya bisa ditempuh dua jam atau 2,5 jam tersebut terhambat karena jalan banyak bergelombang dan berlubang ditambah perlu hati-hati banyaknya truk besar jalan bersama. Waktu tempuh Tegineneng menuju Metro relatif tidak berubah, sejak dahulu kisaran setengah jam untuk kecepatan 60 km per jam.
Jalan tol sudah dibangun dan dibuka. Persoalan muncul pro kontra siapa dan bagaimana pembangunannya itu ranah politis yang panjang untuk diperdebatkan. Tetapi yang harus dicermati adalah bagaimana kawasan sekitar jalan tol kemudian menangkap peluang adanya sarana tersebut. Tentu juga muncul pembahasan, ada kegiatan masyarakat yang kemudian terganggu dengan hadirnya jalan tol. Itu sesuatu yang tidak bisa terhindarkan karena zaman terus berubah.
Sebagai anak dari Metro Lampung saya ingin membahas sedikit tentang kota yang murah dan ramah ini. Kota lain di sekitar Lampung meskipun dilalui jalan tol tetapi tidak elok saya membahasnya. Pertanyaan yang muncul, setelah ada jalan tol
Lintas Sumatra ini mau ngapain Kota Metro? Mau begitu saja seperti sebelumnya?
Sayang sekali jika Metro tidak menangkap peluang adanya perubahan tersebut.
Seorang teman mendebat pertanyaan saya dengan mengatakan, Metro jauh dari jalan Tol. Menurut saya bukan soal Tegineneng itu jauh atau tidak lokasi dari Metro. Itu
relatif. Yang pasti dengan fasilitas tol tersebut Metro semakin mudah dijangkau
masyarakat luar Sumatera. Tetu juga masyarakat Sumatera lain, nantinya, setelah Tol
Trans Sumatera selesai dibangun.
Perubahan yang terjadi ini, semestinya, bisa ditangkap para pejabat pengelola Kotif
Metro tetapi tanda-tanda tersebut belum nampak. Bagus jika sudah terpikirkan. Tetapi
dari penelusuran di media belum menemukan gagasan atas peluang dari perubahan sarana transportasi ini.
METRO MURAH & RAMAH
Kota Metro memiliki sejarah panjang sebagai bagian dari program pemindahan penduduk dari Pulau Jawa atau kolonisasi zaman Belanda kemudian menjadi Transmigrasi setelah Republik Indonesia merdeka. Masyarakatnya yang ramah ditandai dengan kehidupan nyaman tidak ada konflik secara berarti. Berbagai macam suku tinggal dan bermatapencaharian di Kota Metro tetapi semuanya bisa menyatu dengan guyub.
Pemilihan kepala daerah (Pilkada) secara langsung sudah terjadi beberapa kali tetapi
tidak ada gesekan yang menimbulkan perpecahan. Selesai Pilkada mayarakat kembali
tertawa-tawa bersama menunjukan kehidupan yang demokratis terjadi di Metro.
Selain ramah Kota Metro merupakan kota murah. Setidaknya dibandingkan dengan kota sebelahnya, Bandarlampung jauh lebih murah pangan di Metro. Pergilah ke Warung Soto Mbak Ninung di daerah Yosomulyo atau Selikur D, kita bisa menikmati soto ayam campur seharga Rp. 6.000 semangkuk (beberapa bulan lalu masih Rp.5000) dan enak. Ukuran enak bisa menggunakan parameter betapa ramainya warung ini dan hanya buka dari pukul 07.00 sampai 12.30. Bisa juga menikmati makanan lain seperti pecel, tiwul, geblek, cenil, klanting, mie aci putih dan sebagianya di sejumlah tempat.
Makanan dan kondisi tersebut di atas, boleh jadi, sesuatu yang biasa saja untuk
warga Kota Metro. Tetapi untuk masyarakat kota besar seperti Jakarta, Bandung atau
mungkin juga Bandarlampung apa yang ada di Metro, sejatinya, sangat menarik.
Bukan hanya makanan saji tetapi sayuran hijau segar buah pisang matang pohon dan
lainnya berlimpah di Metro. Sangat menarik hati untuk dibeli. Sejumlah teman Jakarta
yang saya ajak main ke Metro memborong sayuran, pisang, kelapa dan lainnya saat
pulang. Kadang menjadi tertawaan kami anak Metro karena memborong begitu banyak. Alasan mereka, murah dan menarik. Kesegaran yang murah sungguh menyenangkan.
Selain murah dan nyaman, Kota metro tanpa disadari warganya memiliki lokasi menarik hati orang kota. Kawasan persawahann nan hijau dengan aliran air melalui kanal tersier yang rapi membuat orang kota (sebut saja Jakarta) sangat menikmati suasana ini. Pasar tradisional, baik yang ada di tengah Kota Metro maupun pinggiran, seperti di Bedeng 24 atau Bedeng 16 C dan lainnya juga merupakan lokasi menarik untuk didatangi.
Seorang teman dari Belanda, ketika main ke Kota Metro, begitu terpana melihat
pemandangan sawah, pasar dan murahnya makanan. Teman ini menyempatkan diri mengamati desain tersier yang meleati kawasan penduduk kemudian memasuki kawasan persawahan. Boleh jadi dia membayangkan bagaimana pmerintahannya dahulu mebangun kota yang kanal-kanalnya mirip dengan di Belanda. Pelancong Belanda lebih suka datang ke lokasi perkampungan atau kota yang pernah didesain pada masa pemerintahannya di Indonesia. Metro memiliki itu.
Sebagai kota yang pernah mencanangkan diri menjadi Kota Pendidikan seharusnya tidak hanya menjadi slogan saja. Peluang menjadi Kota pendidikan sangat mungkin karena selain murah dan ramah juga tenang. Cocok untuk belajar.
Kota Metro juga mudah dijangkau dari Jakarta atau pulau Jawa. Dekat dengan Lapangan Udara Radin Intan Branti dan sekarang semakin “dekat” melalui jalan tol. Jika enggan menggunakan kendaraan pribadi atau pesawat udara kepada mereka yang ingin ke Metro cukup naik DAMRI dari halaman parkir Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, duduk tidur begitu bangun sudah sampai Metro.
Pendeknya, dengan kemudahan tersebut memungkinkan orang tua dapat sering menjenguk anaknya yang sekolah di Kota Metro. Tetapi bagaimana Metro mengelola kota pendidikannya? Tidak sekedar ada tetapi harus berkwalitas sehingga menarik orang tua “menitipkan” anaknya di Metro.
PARIWISATA
Masih banyak cerita tentang Kota Metro yang menarik dan itu layak dijual kepada
masyarakat kota besar. Dengan kemacetan Jakarta – Bandung yang bisa mencapai enam jam lebih, semestinya, Metro dapat mengambil peluang ini. Promosikan kotanya kepada masyarakat luar seperti Jakarta, Bandung, Banten dan lainnya. Dengan datangnya wisata ke Metro dipastikan akan menambah pemasukan daerah.
Saat ini, dengan dibukanya tol Bakauheni-Metro (pintu tol Tegineneng), seharusnya
juga menjadi saat yang tepat Kota Metro menawarkan kepada wisatawan mampir dan
menikmati Kota Metro. Banyak orang, terutama mereka yang suka traveling, ingin
mencoba seperti apa rasanya melintas di jalan tol Lampung. Kota Metro bisa menjadi
titik persinggahan wisatawan.
Jika saja home idustri, persawahan, kuliner, budaya dan sebagainya yang sudah ada di Kota Metro dikemas dan diperkenalkan kepada dunia luar niscaya akan ramai orang datang. Revolusi Industri 4.0 sudah terjadi. Komunikasi digital makin cepat dan dekat untuk menyebarkan kabar kepada dunia luar. Mengeluh dianggap tindakan malas dan kuno. Orang tidak akan mendengar keluhan kita sebab semua sibuk dengan persaingan kreatifitas.
Promosi wisata, misalnya, tidak lagi bisa menggunakan cara-cara tradisional karena pasti akan tertinggal tetapi juga harus dilakukan secara digital. Sudahkah itu dilakukan? Sudahkan menggandeng atau memberdayakan anak muda, kaum mileneal untuk ikut serta memikirkan kotanya? Mereka generasi banyak ide, kreatif dan jago berselancar di dunia maya sehingga bisa ikut memasarkan pariwisata dan produk lain yang ada di Metro. Membedayakan anak muda juga mengajarkan kepada mereka berkreasi, bersaing dalam ide dan mengarahkan mereka kepada hal yang positif.
Kurangnya hunian hotel bukan menjadi alasan. Sebab saya sudah melakukan, memanfaatkan rumah keluarga di Kauman Timur Metro untuk semacam home stay, disewakan kepada sejumlah teman dari Jakarta. Tentu diawali dengan promosi tentang Kota Metro sehingga mereka tertarik. Mereka datang ke Kota Metro pada akhir pekan atau saat liburan anak sekolah menikmati kuliner murah, sawah, becak, pasar tradisonal; dan sebagainya. Pemerintah bisa menggandeng penduduk berbagi kamar kepada wisatawan dan itu juga pemasukan untuk warga.
Mari berwisata ke Kota Metro.
Eddy Koko
(Anak 15 Kauman Timur Metro/Mantan Pemred MNC Networks)
Ganjar Ora Diundang
Tulisan ini telah dimuat di Koran Sindo Edisi, Selasa, 8 Juni 2021 DRAMA dengan lakon Ganjar Ora Diundang, ternyata lama...