NAMANYA dikenal tidak hanya di dunia musik jazz dan rock tetapi juga pop. Bahkan, ia mengakui, dunia rock dan blues merupakan bagian tidak terpisahkan dari hidupnya. Tetapi sebagai musisi berbakat dan cukup mempunyai nama serta sudah lama malang melintang di belantara musik Indonesia, ia tergolong musisi paling ‘apes’. Betapa tidak, dua puluh tiga tahun bermusik, baru saat ini membuat album solo atas namanya sendiri. Itulah Donny Suhendra yang melakukan pergelaran di Erasmus Huis Jakarta, Kamis (9/3) malam.
“Ya, gimana? Baru saat ini bisanya dan ketemu produser yang mempunyai selera sama. Rencana sudah ada sejak tahun 1987, tapi tertunda terus. Ikut memperkuat Grup Krakatau, Adegan dan Java Jazz. Pendeknya, sibuklah,” kilah Donny dengan logat sundanya yang kental. “Dan, dia memang sudah seharusnya membuat rekaman solo,” tambah Chiko Hindarto dari Chiko dan Ira Productions selaku produser Donny Suhendra.
Dibandingkan dengan gitaris yang lebih muda, seperti Tohpati dan Dewa Bujana, apa yang dilakukan Donny Suhendra dengan membuat album berjudul Di Sini Ada Kehidupan terkesan sangat telat. Padahal Donny sungguh cukup mempunyai nama dan kemampuan. Hal ini bisa dibuktikan lewat perjalanan kariernya yang cukup panjang sejak tahun 1977, saat ia memutuskan bermusik merupakan pilihan hidupnya.
Simak saja kariernya. Donny pernah bergabung dengan Jelly Tobing, Bambang Nugroho, Embong Rahardjo dan lainnya. Juga dengan musisi yang lebih muda darinya, seperti Dwiki Darmawan, Indra Lesmana, Mates, Gilang Ramadhan serta Harry Mukti dan masih banyak lagi. Hal ini membuktikan Donny memang ‘ bisa main’. Grup yang merekrutnya juga cukup mempunyai bobot dan nama, yaitu Krakatau, Java Jazz serta Adegan (sempat tersohor lewat lagu Satu Kata yang dinyanyikan Harry Mukti). Maka, sekali lagi, sepantasnya Donny sudah membuat album sejak lama.
Menarik
Meskipun tanpa publikasi besar-besaran, seperti layaknya sebuah show milik musisi kenamaan, tetapi pergelaran Donny semalam relatif mendapat sambutan bagus. Permainan Donny cukup menghibur, meskipun musisi pendukung dalam rekamannya tidak semuanya hadir. Sebagai gantinya, Donny menampilkan Adi pada bas dan seorang gadis cantik, Fayza, memainkan biola. Syaharani, gadis cantik yang dikenal sebagai penyanyi jazz standar tetap hadir dan mampu mengundang tepuk tangan meriah pada show untuk promosi album Donny. Sayangnya, seperti juga dalam album Donny ini, Syaharani hanya menyanyikan satu lagu berjudul Perjalanan.
“Rencananya saya tampil trio bersama Indro dan Aksan serta Syaharani. Tetapi karena Indro tidak bisa hadir dan dirasakan ada ruang atau bagian yang kurang dan perlu satu alat lagi untuk mengisinya, maka saya coba mengetengahkan biola. Fayza mampu membaca dengan bagus dan selama ini sudah saya kenal baik. Maka, saya tampilkan dia,” kata Donny menjelaskan kehadiran Fayza yang tidak terlibat dalam rekaman.
Donny Suhendra membuka pergelarannya dengan menyuguhkan lagu Di Sini Ada Kehidupan yang menjadi potret perjalanan kariernya sampai sekarang. Terkesan, ia belum menemukan sesuatu yang dicarinya dalam kehidupan ini, jika menyimak pada lagu Perjalanan yang dilantunkan Syaharani. Lagu ini menggambarkan suatu pencarian yang masih terus berlangsung. “Pencarian atas keberadaan Sang Maha Tinggi,” ungkap Donny yang malam itu tampil santai mengenakan sandal jepit kulit.
Lagu-lagu karya Donny menyiratkan ia sedang gelisah karena belum menemukan sesuatu yang ia anggap abadi. Hal ini bisa disimak dari judul lagu-lagunya seperti Matahati yang diartikan sebagai usaha melepas rasa batin guna pencapaian pendalaman spiritualnya serta pengalaman batinnya. Kemudian lagu Pagimu, suatu perwujudan kekaguman Donny terhadap alam semesta ciptaan-Nya. Ada Kano dan The Life and Unsaid, keduanya merupakan ungkapan jiwa Donny serta pengalaman batin pada masa lalu. Juga Water, lagu yang menggambarkan bahwa hidup ini tidak ubahnya seperti air mengalir.
Sedangkan lagu lainnya, Esokan Menjelang merupakan lagu dengan tema sangat ilustratif yang menyiratkan sebuah harapan. Berbeda dengan di panggung, dalam rekamannya lagu ini dimainkan Donny lewat alat musik keyboard, bukan gitar seperti pada pergelarannya semalam. Terakhir lagu berjudul 9 November, boleh jadi, ini merupakan gambaran sosok Donny pribadi karena ia lahir pada tanggal tersebut di Bandung tahun 1958.
Meskipun pergelaran Donny Suhendra cukup mendapat sambutan, musik yang ditampilkannya jauh berbeda dengan semestinya. Hal ini terjadi karena absennya sejumlah musisi pendukung albumnya seperti Indra Lesmana, Pra B Dharma, Gilang Rhamadan dan Indro. Terkesan, pergelaran ini dipaksakan sehingga kurang sempurna hasilnya.
Gitaris Terbaik
Donny Suhendra pernah mendapat penghargaan dari majalah Gadis sebagai Gitaris Terbaik pada tahun 1988 dan banyak terlibat dalam rekaman penyanyi-penyanyi kenamaan. Antara lain, Atiek CB, Renny Jayusman, Gito Rollies, Ita Purnamasari dan masih banyak lainnya.
Sementara lewat grup yang melibatkan dirinya, seperti Krakatau, Adegan dan Java Jazz, Donny ikut menelurkan sembilan album sejak tahun 1977.
Donny mengakui banyak dipengaruhi gaya permainan gitaris kenamaan seperti Jimmy Hendrix, Jimmy Page, Jeff Beck, Shugie Otis dan gitaris blues Johny Otis. Namun, jika diamati, warna Pat Matheny sangat kental terdengar dari permainana Donny Suhendra, terutama dalam pergelaran semalam. Lewat album solonya ini, pecinta musik di Indonesia atau penggemar Donny Suhendra sendiri, kini, bisa menilai, bagaimana dan siapa sebetulnya Donny Suhendra.
Ditulis oleh : Eddy Koko
“Ya, gimana? Baru saat ini bisanya dan ketemu produser yang mempunyai selera sama. Rencana sudah ada sejak tahun 1987, tapi tertunda terus. Ikut memperkuat Grup Krakatau, Adegan dan Java Jazz. Pendeknya, sibuklah,” kilah Donny dengan logat sundanya yang kental. “Dan, dia memang sudah seharusnya membuat rekaman solo,” tambah Chiko Hindarto dari Chiko dan Ira Productions selaku produser Donny Suhendra.
Dibandingkan dengan gitaris yang lebih muda, seperti Tohpati dan Dewa Bujana, apa yang dilakukan Donny Suhendra dengan membuat album berjudul Di Sini Ada Kehidupan terkesan sangat telat. Padahal Donny sungguh cukup mempunyai nama dan kemampuan. Hal ini bisa dibuktikan lewat perjalanan kariernya yang cukup panjang sejak tahun 1977, saat ia memutuskan bermusik merupakan pilihan hidupnya.
Simak saja kariernya. Donny pernah bergabung dengan Jelly Tobing, Bambang Nugroho, Embong Rahardjo dan lainnya. Juga dengan musisi yang lebih muda darinya, seperti Dwiki Darmawan, Indra Lesmana, Mates, Gilang Ramadhan serta Harry Mukti dan masih banyak lagi. Hal ini membuktikan Donny memang ‘ bisa main’. Grup yang merekrutnya juga cukup mempunyai bobot dan nama, yaitu Krakatau, Java Jazz serta Adegan (sempat tersohor lewat lagu Satu Kata yang dinyanyikan Harry Mukti). Maka, sekali lagi, sepantasnya Donny sudah membuat album sejak lama.
Menarik
Meskipun tanpa publikasi besar-besaran, seperti layaknya sebuah show milik musisi kenamaan, tetapi pergelaran Donny semalam relatif mendapat sambutan bagus. Permainan Donny cukup menghibur, meskipun musisi pendukung dalam rekamannya tidak semuanya hadir. Sebagai gantinya, Donny menampilkan Adi pada bas dan seorang gadis cantik, Fayza, memainkan biola. Syaharani, gadis cantik yang dikenal sebagai penyanyi jazz standar tetap hadir dan mampu mengundang tepuk tangan meriah pada show untuk promosi album Donny. Sayangnya, seperti juga dalam album Donny ini, Syaharani hanya menyanyikan satu lagu berjudul Perjalanan.
“Rencananya saya tampil trio bersama Indro dan Aksan serta Syaharani. Tetapi karena Indro tidak bisa hadir dan dirasakan ada ruang atau bagian yang kurang dan perlu satu alat lagi untuk mengisinya, maka saya coba mengetengahkan biola. Fayza mampu membaca dengan bagus dan selama ini sudah saya kenal baik. Maka, saya tampilkan dia,” kata Donny menjelaskan kehadiran Fayza yang tidak terlibat dalam rekaman.
Donny Suhendra membuka pergelarannya dengan menyuguhkan lagu Di Sini Ada Kehidupan yang menjadi potret perjalanan kariernya sampai sekarang. Terkesan, ia belum menemukan sesuatu yang dicarinya dalam kehidupan ini, jika menyimak pada lagu Perjalanan yang dilantunkan Syaharani. Lagu ini menggambarkan suatu pencarian yang masih terus berlangsung. “Pencarian atas keberadaan Sang Maha Tinggi,” ungkap Donny yang malam itu tampil santai mengenakan sandal jepit kulit.
Lagu-lagu karya Donny menyiratkan ia sedang gelisah karena belum menemukan sesuatu yang ia anggap abadi. Hal ini bisa disimak dari judul lagu-lagunya seperti Matahati yang diartikan sebagai usaha melepas rasa batin guna pencapaian pendalaman spiritualnya serta pengalaman batinnya. Kemudian lagu Pagimu, suatu perwujudan kekaguman Donny terhadap alam semesta ciptaan-Nya. Ada Kano dan The Life and Unsaid, keduanya merupakan ungkapan jiwa Donny serta pengalaman batin pada masa lalu. Juga Water, lagu yang menggambarkan bahwa hidup ini tidak ubahnya seperti air mengalir.
Sedangkan lagu lainnya, Esokan Menjelang merupakan lagu dengan tema sangat ilustratif yang menyiratkan sebuah harapan. Berbeda dengan di panggung, dalam rekamannya lagu ini dimainkan Donny lewat alat musik keyboard, bukan gitar seperti pada pergelarannya semalam. Terakhir lagu berjudul 9 November, boleh jadi, ini merupakan gambaran sosok Donny pribadi karena ia lahir pada tanggal tersebut di Bandung tahun 1958.
Meskipun pergelaran Donny Suhendra cukup mendapat sambutan, musik yang ditampilkannya jauh berbeda dengan semestinya. Hal ini terjadi karena absennya sejumlah musisi pendukung albumnya seperti Indra Lesmana, Pra B Dharma, Gilang Rhamadan dan Indro. Terkesan, pergelaran ini dipaksakan sehingga kurang sempurna hasilnya.
Gitaris Terbaik
Donny Suhendra pernah mendapat penghargaan dari majalah Gadis sebagai Gitaris Terbaik pada tahun 1988 dan banyak terlibat dalam rekaman penyanyi-penyanyi kenamaan. Antara lain, Atiek CB, Renny Jayusman, Gito Rollies, Ita Purnamasari dan masih banyak lainnya.
Sementara lewat grup yang melibatkan dirinya, seperti Krakatau, Adegan dan Java Jazz, Donny ikut menelurkan sembilan album sejak tahun 1977.
Donny mengakui banyak dipengaruhi gaya permainan gitaris kenamaan seperti Jimmy Hendrix, Jimmy Page, Jeff Beck, Shugie Otis dan gitaris blues Johny Otis. Namun, jika diamati, warna Pat Matheny sangat kental terdengar dari permainana Donny Suhendra, terutama dalam pergelaran semalam. Lewat album solonya ini, pecinta musik di Indonesia atau penggemar Donny Suhendra sendiri, kini, bisa menilai, bagaimana dan siapa sebetulnya Donny Suhendra.
Ditulis oleh : Eddy Koko