Pak Jokowi pun siaran di radio
KETIKA media televisi hadir di dunia banyak orang mengkhawatirkan nasib media radio akan ditinggalkan. Begitu juga di era internet, sekarang media berkembang dalam berbagai macam bentuk dan banyak yang meramalkan radio akan selesai. Kenyataanya tidak. Radio masih dipercaya dan diyakini merupakan usaha bisnis yang menjanjikan. Hal ini bisa dicermati pada akhir tahun 2021 muncul banyak stasiun radio dengan manajemen (kepemilikan) baru, seperti di Jakarta ada MG TV 94.7 FM (Media Grup), di Bandung ada Radio Rodja 104.3 FM, Radio Voks 91.7 FM, di Bali ada Cassanova Voks Bali 102 fm, Radio Mix 100.8FM, di Cirebon ada Caruban 105.2 FM menyusul Medan, Semarang dan kota lainnya. United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pun dalam peringatan Hari Radio Sedunia yang diperingati setiap tanggal 13 Februari, tahun ini mengambil tema Radio dan Kepercayaan (“Yes to Radio, Yes to trust”).
Alasan UNESCO mengambil tema Radio dan Kepercayaan karena berdasarkan laporan internasional, radio masih merupakan media yang paling dipercaya yang dapat diakses di dunia. Diyakini radio masih menjadi media yang dikonsumsi banyak orang karena mampu menjalin beragam komunitas dalam masyarakat yang majemuk. Melalui radio berbagai program ditawarkan, informasi disampaikan, hiburan disajikan dan berbagai kegiatan disiarkan secara langsung. Bahkan radio juga diakui sebagai platform wacana demokrasi yang sudah teruji.
Pada Hari Radio Sedunia 2022, UNESCO menghimbau semua negara untuk merayakan dengan melakukan kegiatan bersama para mitra, seperti asosiasi dan organisasi penyiaran nasional, regional dan internasional, organisasi non-pemerintah, organisasi media, dan lainnya. Untuk hari radio sedunia kali ini ada tiga sub thema penting disampaikan, yaitu Percaya Pada Jurnalisme, Kepercayaan dan Aksesibilitas, Kepercayaan dan Kelangsungan Hidup Stasiun Radio.
Percaya pada jurnalisme radio
Menghasilkan konten yang independen dan berkualitas tinggi serta pentingnya menghormati standar dasar jurnalisme etis yang sudah menjadi tantangan di era digital bertempo tinggi saat ini. Namun, untuk menjaga atau meningkatkan kepercayaan pendengar, jurnalisme harus terus didasarkan pada informasi yang dapat diverifikasi yang dibagikan untuk kepentingan publik, meminta pertanggungjawaban yang kuat, dan membantu masyarakat membangun masa depan yang lebih baik untuk semua.
Pesan bahwa radio harus taat pada etika jurnalistik ini karena media radio juga merupakan media massa yang dikonsumsi mayarakat luas. Radio merupakan media massa yang mampu menangkal berita palsu karena kecepatannya dan mampu menyajikan konfirmasi langsung dengan pihak-pihak yang kompeten. Karakter media radio yang dapat menembus wilayah dimana sulit ditembus media lain menyebabkan radio merupakan media penting dan dipercaya. Sehingga penerapan aturan atau etika jurnalistik menjadi mutlak, seperti verifikasi menjadi mutlak dilakukan awak radio.
Kepercayaan dan aksesibilitas
Media radio harus menjaga kepercayaan pendengarnya dan masyarakat luas secara umum. Menjangkau kelompok pendengar yang dipilih berarti melayani kebutuhan informasi semua pendengar dan menjadi katalis untuk integrasi dan partisipasi sosial – termasuk penyandang disabilitas. Platform radio digital memberikan dasar untuk inovasi dalam aksesibilitas konten untuk yang terakhir, seperti penggunaan bahasa isyarat atau subtitle otomatis untuk audiens yang mengalami gangguan pendengaran saat streaming, atau pengumuman konten untuk pendengar tunanetra.
Kepercayaan dan kelangsungan hidup stasiun radio
Bagaimana radio dapat bertahan saat krisis keuangan melanda pasar media? Bagaimana mengubah keterlibatan audiens setia menjadi keberlanjutan finansial? Sub-tema ini menghubungkan kelangsungan ekonomi stasiun radio dengan kemampuan mereka untuk menarik dan mempertahankan basis pendengar setia yang cukup besar untuk berkelanjutan atau untuk menanamkan interaksi pendengar ke dalam model bisnis mereka.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan zaman di era internet, dimana orang berubah dalam cara mendengarkan radio, membuat media radio juga harus menyesuaikan dalam bentuk dan sajian. Pandemi Covid-19 iku memperburuk kondisi keuangan sebagian besar media radio, terutama di Indonesia karena mereka hidup dari hasil pemasang iklan. Tetapi masih ada celah untuk terus mempopulerkan kebaradaan media radio siaran dengan bergabung bersama zaman dalam bentuk multiplatform. Kuncinya adalah terus melakukan kreatifitas dalam pengelolaan radio siaran. Melihat sejarah, sebetulnya sudah sejak lama radio di Indonesia menerapkan multiplatform, yaitu pada era orde baru melalui acara Kelompencapir (kelompok pendengar, pembaca dan pendengar). Ketika itu Departemen Penerangan Republik Indonesia menyelenggarakan acara dengan menggabungkan TVRI, Radio Republik Indonesia dan media cetak (koran masuk desa) yang bisa dikatakan sebagai bentuk multiplatform.
Pedeknya, radio diyakini masih memainka peran penting di dunia saat ini dengan memberikan informasi kepada masyarakat secara terus menerus. Kemampuannya yang unik, personal, cepat, mampu lintas batas menjadikan media radio memiliki kelebihan dari media lain. Semestinya semua itu harus dijadikan rasa percaya diri oleh para pengelola radio, baik pemilik, pengelola dengan penyiar dan reporternya untuk bersaing dengan media lainnya. Hadirnya internet harus dijadikan teman bukan keluhan karena siaran radio yang dulu hanya bisa didengar seputar kecamatan tetapi dengan bentuk streaming dapat menjangkau dunia luas.
Peringatan Hari Radio Sedunia ini resmi dicetuskan tahun 2011 oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) melalui United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) yang mengurus kerja sama antara negara dan bangsa di dunia bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Setiap tahun ada tema peringatan, seperti tahun 2018 Radio dan Olahraga kemudian 2019 tentang Dialog, Toleransi dan Perdamaian tahun 2020 ini adalah Keanekaragaman dan Pluralisme.
Adalah Kerajaan Spanyol yang mengusulkan Peringatan Hari Radio Sedunia ini selanjutnya UNESCO membahasnya dengan banyak pihak dari berbagai negara dan hampir semua mendukung kemudian disetujui. Salah satu alasannya adalah radio sebagai media yang dikenal hampir semua orang di seluruh dunia dalam mendapatkan informasi dan hiburan. Kelebihan radio juga mampu menjangkau wilayah dan manusia yang tidak terjangkau oleh media lain. Sehingga media radio perlu “dilestarikan”.
Begitulah radio di dunia, masih ada dan selalu ada untuk kita.
Salam Radio
Eddy Koko