CANTIK, seksi, dan masih muda. Itulah pemain biola Fyaza (23 tahun). Sarjana yang mempunyai nama lengkap Maylaffayza Permata Fitri Wiguna alias Fayza adalah seorang pemain biola. Kepandaian ini jarang dimiliki banyak orang. Orang biasanya lebih suka belajar piano atau gitar. Fayza justru memilih biola.
“Saya mensyukuri karunia Tuhan tersebut. Tetapi kalau dikatakan sempurnalah sudah hidup saya ini, rasanya, terlalu berlebihan. Yang pasti saya cukup senang dengan apa yang saya miliki,” kata Fayza.
Beberapa kali Fazya tampil di layar kaca menunjukkan kebolehannya memainkan biola. Atau kalau mau mudah lagi mengingat, Fayza tampil dalam videoklip milik kelompok Bragi. Ia hadir sebagai sosok wanita cantik dan muda sedang memainkan biola. Juga dalam sejumlah iklan produk kecantikan di mana ia juga ikut terlibat. Paling baru, Fayza tampil mendukung pergelaran gitaris kenamaan Donny Suhendra di Erasmus Huis Jakarta, Kamis malam (9/3).
Mungkin terlalu berlebihan jika mengatakan, sedikit sekali remaja yang mau memainkan alat musik gesek biola. Tetapi jika dilihat dari kenyataan yang ada, maka hal itu sulit dipungkiri. Dalam berbagai kegiatan musik tidak banyak remaja tampil memainkan biola, mereka lebih memilih gitar, piano atau dram. Di antara yang sedikit itu terdapat nama Fayza, putri pasangan Taufiq Wijaya dan Tuti Rohyati.
Fayza mengakui, mulai memainkan biola sejak usianya masih sembilan tahun. Tidak ingat bagaimana awalnya, tiba-tiba ia begitu jatuh cinta dengan alat musik gesek yang banyak dimainkan dalam memainkan musik-musik klasik.
“Yang pasti, bakat saya di bidang seni ini turun dari mama. Keluarga mama sangat menyukai seni. Ada yang main musik, tari dan sebagainya. Maka ketika mama tahu saya menyukai musik dan ingin belajar main biola, mama pun mendukung,” tutur Fayza yang tinggal di sebuah kondomunium di bilangan Jakarta Selatan bersama orangtua serta saudara lelakinya. Ia hanya dua bersaudara.
Mengetahui anaknya memiliki bakat dan ingin pandai memainkan biola, maka sang ibu memasukkan Fayza ke kursus biola di Bina Musika milik Depdikbud.
Tidak lama Fayza kursus di sini, sebab Idris Sardi yang melihat ada bakat pada diri bocah berusia sepuluh tahun itu langsung bersedia menurunkan ilmunya kepada Fayza. Sejak itu, dan sampai sekarang Fayza berada di bawah bimbingan sang maestro, Idris Sardi.
Ternyata, menurut Fayza, belajar pada Idris Sardi tidak semulus yang dibayangkan. Terkadang Idris Sardi harus pergi ke luar kota atau ada acara main di suatu tempat terpaksa kursus ditunda. Sebaliknya, Fayza juga sulit datang ke Idris Sardi jika ia harus ke kampus atau ada kegiatan belajar sekolah. Itu sebabnya Fayza merasakan permainan biola yang dimilikinya belum ada apa-apanya.
Murid Idris Sardi
“Tapi setelah selesai kuliah, dan sekarang sudah selesai, maka saya akan konsentrasi pada pelajaran biola. Kebetulan, belum lama ini, Oom Idris datang ke rumah membahas kemungkinan saya kembali serius pada pelajaran biola. Saya siap. Makanya kalau ditanya soal pacar, saya bilang, nanti dulu, deh. Saya khawatir, nanti, ada yang tidak nyaman jika saya harus serius pada biola,” kata Fayza yang sejak tahun lalu sudah menyandang gelar sarjana dalam bidang desain produksi dari Universitas Trisakti Jakarta.
Meskipun biola yang menjadi pilihannya dan, biasanya, alat musik ini identik dengan musik klasik, Fayza mengaku lebih menyukai musik-musik milik orang kulit hitam. Ia tidak hanya menyukai satu jenis musik tetapi hampir semua dan ingin memainkannya.
“Kalau klasik, sudah bagian dari biola, jadi tidak usah dibahas lagi. Artinya, sebagai pemain biola, hari-harinya adalah mendengarkan musik klasik. Yang perlu bisa, justru memasukkan biola ke dalam musik pop, rock, R&B dan sebagainya,” ungkap Fayza yang sampai sekarang tetap melakukan latihan dengan rekan-rekannya secara rutin memainkan lagu-lagu pop.
Tampil di muka umum, menurut Fayza sudah sering dilakukan bersama rekan-rekannya sejak masih aktif di sekolah musik dalam berbagai pergelaran orkestra di sejumlah tempat. Tetapi yang membanggakan adalah, ia pernah diajak duet dengan Idris Sardi di Puri Agung Hotel Sahid Jaya dalam acara mengenang pelukis Basuki Abdulah beberapa tahun lalu.
Sejak tahun lalu, Fayza mulai asyik main bersama rekan-rekannya di berbagai kafe secara rutin. Hadir dan main secara rutin di dunia cafe untuk pertama kali diajak dramer Gilang Ramadhan saat main di kafe Padi Padi.
Perkenalannya dengan Donny Suhendra, yang mengajak main di Erasmus Huis Jakarta, terjadi karena sama-sama sering latihan di Studio Archi. Donny mengaku sudah cukup mengenal Fayza dan menilai permainan biolanya cukup bagus sehingga mencoba mengajaknya tampil dalam acara peluncuran album solo Donny Suhendra di Erasmus Huis tersebut. Tetapi dalam albumnya, Donny belum mengajak atau memanfaatkan suara biola pada musiknya.
Dalam perjalanan kariernya, Fayza berharap tidak hanya main biola tetapi juga menyanyi. Untuk urusan menyanyi ia menyempatkan diri kursus vokal.
“Saya ingin menyanyi sambil bermain biola. Saya sudah mencoba mengirimkan contoh rekaman saya ke perusahaan rekaman Sony Music tetapi belum ada tanggapan. Tetapi nyanyi di atas panggung sudah rutin saya lakukan, tampil bersama rekan-rekan band,” ceriteranya.
Kini, baru bermusik yang menjadi pikiran Fayza, belum ingin kerja memanfaatkan kesarjanaannya di bidang desain produksi. Bahkan dengan selesainya kegiatan kuliah Fayza mengaku sudah tidak terganggu lagi sehingga ingin tekun belajar musik.
Hasilnya dari musik selama ini? “Ya, belum banyak, sih. Tapi, paling tidak, tidak minta uang jajan lagi dari mama,” katanya, bangga.
publikasi awal karir Fyaza | Suara Pembaruan | ditulis oleh: Eddy Koko
Idang Rasjidi Pahlawan Komunitas Jazz Indonesia
KAPAN dan dimana saja ada Idang Rasyidi disitu ada anak muda. Idang bagaikan bunga manis yang selalu dikerubuti lebah...